Marquee

Selamat Datang Di Layanan Biro Karya Tulis Iksalisk

Baiti Jannati

Senin, 13 Juli 2009

Contoh Proposal PTK (Gratisssss)

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI “SORE TUGU PANCORAN” KARYA IWAN FALS DITINJAU DARI UNSUR HAKEKAT PUISI (TEMA, RASA, NADA, AMANAT)
(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX SMPN Satu Atap 1 Cimerak Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis)


1. Latar Belakang Masalah

Pengajaran sastra (Indonesia) di sekolah tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata pelajaran yang mandiri, melainkan “hanya” menjadi bagian dari mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dengan demikian, seorang guru bahasa (Indonesia) juga berarti guru apresiasi sastra. Pengembangan sastra ke dalam pengajaran bahasa Indonesia memang wajar dan dapat dimengerti. Sebab, bahasa merupakan sarana pengucapan sastra, bahasa merupakan salah satu unsur bentuk sastra yang sangat penting. Bahkan secara lahiriah, asfek formal yang tampak, wujud sastra adalah bahasa. Sastra merupakan karya seni yang bermediakan bahasa yang unsur-unsur keindahannya menonjol. Akan tetapi, sebagai sebuah karya seni, sastra tidak semata-mata hanya berurusan dengan unsur bahasa saja, melainkan juga unsur-unsur sastra yang lain juga tak kalah pentingnya. Perpaduan yang harmonis antara berbagai unsur sastra yang secara sederhana dapat dibedakan ke dalam unsur bentuk dan isi akan menghasilkan karya sastra yang bernilai tinggi (Nurgiyantoro, 1995:314).

Masalah yang dihadapi guru di sekolah adalah bagaimana mengajar, membimbing dan melatih siswa mengapresiasikan sastra dengan bekal dan sikap seperti di atas. Paling tidak, bagaimana kita mengajarkan kemampuan berbahasa siswa yang menunjang penguasaan kode bahasa yang dibutuhkan dalam pemahaman karya sastra. hal ini perlu ditegaskan disini sebab walau pengajaran (apresiasi) sastra merupakan bagian pengajaran bahasa Indonesia, pada kenyataannya sering “dibuat” jurang pemisah antara pokok-pokok bahasan keberhasilan di satu pihak dengan pokok bahasan sastra di pihak lain. Hal yang sedemikian berarti mengecilkan arti integrasi antara pengajaran bahasa dan sastra.

Idealnya terjadi kaitan yang erat antara pengajaran bahasa dengan pengajaran sastra yang bersifat saling mengisi dan menunjang. Dengan demikian, terdapat korelasi antara kemampuan berbahasa yang tinggi yang dimiliki seorang siswa akan menjadi petunjuk bahwa ia juga tinggi kemampuan berapresiasi sastranya. Demikian pula sebaliknya.

Secara garis besar bahan pengajaran sastra dapat dibedakan ke dalam dua golongan: (1) bahan apresiasi tak langsung, dan (2) bahan apresiasi langsung. Namun perbedaan tersebut tidak bersifat eksak, sebab dimungkinkan sekali terjadi ketumpangtindihan di antara keduanya. Bahan apresiasi sastra yang tak langsung terutama berfungsi untuk menunjang keberhasilannya pengajaran apresiasi sastra yang bersifat langsung. Bahan apresiasi sastra yang tak langsung menyarankan pada tahun pengajaran yang bersifat teoretis dan sejarah sastra, atau pengetahuan tentang sastra. Bahan pengetahuan tentang sastra memang penting, namun berhubung kedudukannya yang “hanya” membantu keberhasilan pengajaran bahan yang kedua, ia harus dibatasi dan jangan diutamakan sehingga menggeser kedudukan pengajaran apresiasi yang bersifat langsung.

Pengajaran apresiasi langsung menyaran pada pengertian bahwa siswa langsung dihadapkan pada berbagai jenis karya sastra. Siswa secara kritis dibimbing untuk memahami, mengenali berbagai unsurnya yang khas, menunjukkan kaitan di antara berbagai unsur, dan lain-lain yang semuanya tercakup dalam wadah apresiasi. Untuk dapat melakukan hal tersebut memang diperlukan bekal teoretis kemampuan siswa untuk mengapresiasi karya sastra akan lebih berarti daripada sekedar pengetahuan tentang sastra. Dengan bekal kemampuan itu, siswa akan mampu menimba berbagai pengalaman kehidupan melalui berbagai karya sastra, sendiri dan langsung, tak terbatas pada lingkupnya dan waktu di sekolah. Itu sebabnya, pengajaran apresiasi sastra yang bersifat langsung haruslah ditekankan.

Bagaimanakah cara mengajarkan sastra, tentulah harus dipertimbangkan dari segi tujuan, seperti yang telah dikemukakan di atas, dan dari segi bahan yang digunakan. Di samping itu, perlu dipertimbangkan pula dari segi keadaan terdidik yang belajar, dan teknik pembelajaran yang akan digunakan untuk menyajikan khusus yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa.

Pengajaran sastra termasuk pengajaran yang tua umurnya dan hingga sekarang masih tetap bertahan dalam kurikulum sekolah. Hal ini disebabkan oleh tingginya peran pengajaran sastra dalam mencapai tujuan pendidikan, seperti aspek susila, sosial, perasaan, sikap penilaian dan keagamaan (Rusyana, 1982:6).

Meski tidak tergolong pengajaran baru, pada kenyataannya dewasa ini kita masih mendengar beberapa keluhan tentang ketidakberhasilan pengajaran sastra di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hutagalung, bahwa “Pengajaran sastra di sekolah itu belum mampu berperan sebagaimana mestinya, para lulusan sekolah kita pada umumnya belum memiliki apresiasi yang memadai terhadap karya sastra” (1994:16).

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, kita perlu mempertimbangkan faktor-faktor tertentu, misalnya baik buruknya dari segi sastra, relevan tidaknya dengan tujuan pendidikan dan pengajaran, memenuhi atau tidaknya kriteria pemilihan bahan ajar apresiasi sastra. Hal ini, tentunya didasarkan pada pertimbangan agar pengajaran sastra tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu dilakukan suatu penelitian yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk laporan penelitian yang berjudul, Pembelajaran Apresiasi Puisi “Sore Tugu Pancoran” Karya Iwan Fals Ditinjau Dari Unsur Hakekat Puisi (Tema, Rasa, Nada, Amanat) Di SMPN Satu Atap 1 Cimerak.

Dipilihnya puisi Sore Tugu Pancoran karya Iwan Fals tersebut cukup beralasan, karena puisi tersebut dihasilkan (dicipta) oleh salah seorang seniman.

2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Setelah masalah teridentifikasi, maka perlu melakukan analisis sehingga dapat merumuskan masalah dengan jelas. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang diidentifikasi masih kabur. Analisis masalah dapat dilakukan melalui refleksi atau kaji ulang berbagai dokumen.

Dari hasil analisis masalah yang dilakukan guru (saya sebagai peneliti dalam kegiatan PTK) ini ternyata masalah yang paling urgen dan mendesak untuk dicarikan solusi pemecahannya adalah dalam hal perencanaan, proses dan hasil belajar siswa dalam mengapresiasi puisi.

Rumusan masalah sangat penting dalam penelitian. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Engkoswara (1996:77), “ Rumusan masalah sangat penting, karena dapat dijadikan sebagai penuntun atau pedoman untuk langkah-langkah penelitian. Suatu penelitian tanpa rumusan yang jelas tidak akan membuahkan hasil yang baik”.

Bertolak dari latar belakang masalah dan juga pendapat di atas, maka untuk kepentingan penelitian ini akan dirumuskan beberapa masalah. Mengingat demikian banyaknya hal yang perlu dan dapat diungkap dari sebuah puisi, pada kesempatan penulisan makalah ini dilakukan pembatasan masalah sebagaimana dirumuskan dalam kalimat pertanyaan berikut ini:

1) bagaimanakah bentuk perencanaan guru dalam pembelajaran apresiasi puisi “Sore Tugu Pancoran” karya Iwan Fals ditinjau dari unsur hakekat puisi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IX SMPN Satu Atap 1 Cimerak Kecamatan Cimerak?

2) bagaimanakah tema, rasa, nada, dan amanat puisi “Sore Tugu Pancoran” Karya Iwan Fals yang dijadikan bahan ajar pembelajaran apresiasi puisi di Kelas IX SMPN Satu Atap 1 Cimerak Kecamatan Cimerak?

3) bagaimanakah perubahan kemampuan siswa Kelas IX SMPN Satu Atap 1 Cimerak Kecamatan Cimerak setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi?

3. Pemecahan Masalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari tiga siklus dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah dikemukakan pada rumusan masalah. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan didasarkan atas tahapan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Suyanto,1997:16), yang terdiri atas perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (refleksion).

Upaya pemecahan masalah sebagai langkah pencarian jawaban atas permasalahan yang diungkapkan dalam rumusan masalah penelitian ini dilakukan dengan cara mengujiterapkan metode inquiry dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa sesuai dengan langkah-langkah metode inquiry yang ditindaklanjuti dengan tindakan penelitian sesuai pendapat Kemmis dan Taggart.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Ingin mengetahui bentuk perencanaan pembelajaran apresiasi puisi ditinjau dari unsur hakekat puisi;

2) Ingin mendeskripsikan proses pembelajaran apresiasi puisi “Sore Tugu Pancoran” Karya Iwan Fals dilihat dari unsur tema, rasa, nada, dan amanat;

3) Ingin mengetahui perubahan kemampuan siswa Kelas IX SMPN Satu Atap 1 Cimerak Kecamatan Cimerak setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi ditinjau dari unsur hakekat puisi.

5. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu manfaat secara teoretis dan secara praktis. Secara teoretis, diharapkan melalui teori-teori yang digunakan dalam penelitian dapat membekali para pembelajar sastra di sekolah dasar, khususnya bagi siswa. Secara praktis diharapkan setelah bekal dimiliki para pembelajar sastra, baik guru maupun siswa mampu melaksanakan apresiasi puisi yang sesungguhnya.

Melalui penelitian ini diperoleh manfaat sebagai berikut.

1) Bagi Peneliti:

(1) dapat dijadikan pengalaman berharga dalam menyusun perencanaan pembelajaran apresiasi puisi;

(2) dapat diketahui tema, rasa, nada, amanat dan kesesuaian puisi dengan kriteria pemilihan bahan ajar apresiasi sastra.

(3) menjadikan bekal yang berguna untuk penelitian lebih lanjut.

2) Bagi Siswa:

(1) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi

(2) memotivasi siswa untuk meningkatkan belajar mengapresiasi puisi.

6. Landasan Teoretis dan Hipotesis

a. Kerangka Teoretis

Cerita fiksi diartikan sebagai prosa naratif yang bersipat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan–hubungan antar manusia. Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan pangalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukan unsur hiburan dan penerangan kehidupan yang akan diceritakan tersebut, tentu saja, bersifat subjektif. (Lewis dalam Nurgiyantoro, 2000:2).

1) Pengertian Puisi

Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi ’hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan“ ( Ensiklopedia Indonesia N-Z; tanpa tahun : 1147).

Dalam bahasa Inggris padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat hubungannya dengan kata –poet dan kata –poem. Mengenai kata poet ini Vencil C. Coulter memberi penjelasan sebagai berikut :

“Kata poet berasal dari kata Yunani yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci; yang sekaligus merupakan seorang pilsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi”. (Coulter; 1930 : 284 – 5).

Kedua keterangan di atas lebih bersifat etimologis terhadap kata puisi. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, kita masih membutuhkan keterangan lain. Ralph Waldo Emerson memberi penjelasan bahwa sebagai berikut:

“puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk menggerakan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan dan alasan yang menyebabkannya ada..... karena bukannya irama melainkan argumen yang membuat iramalah (yaitu ide atau gagasan) yang menjelmakan suatu puisi. Sang penyair mempunyai suatu pikiran baru : dia mempunyai suatu keseluruhan pengalaman baru untuk disingkapkan; dia ingin mengutarakan kepada betapa caranya pengalaman itu bersatui dengan dia dan semua orang akan mempunyai perbendaharaan yang lebih kaya dengan pengalaman tersebut“ (Blair & Chandler 1935 : 3).

Selanjutnya pengarang terkenal Edgar Allan Poe membatasi sebagai berikut:

“puisi kata sebagai kreasi keindahan yang berirama (the rhythmical creation of beauty). Ukuran satu-satunya untuk itu ialah rasa dengan intelek ataupun dengan kesadaran, puisi itu hanyalah memiliki hubungan-hubungan skunder saja. Kalau tidaklah bersipat isidental, maka puisi itu tidaklah mempunyai hubungan apa-apapun baik dengan kewajiban maupun dengan kebenaran“. (Blair & Chandler 1935 : 3).

Dari kedua sumber itu dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa keduanya mempunyai pandangan yang berbeda terhadap puisi. Nyata bagi kita bahwa bagi Emerson ide atau gagasan merupakan bagian yang vital dari puisi; sedangkan bagi Poe, yang merupakan unsur utama dari puisi adalah keselarasan atau keharmonisan. Perbedaan pokok antara kedua sumber ini sebenarnya berakar pada perbedaan konsepsi mereka mengenal puisi.

2) Hakekat Puisi

Hakekat puisi diantaranya tema, rasa nada, dan amanat. Keempat unsur inilah yang banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan atau membicarakan puisi pada umumnya.

Zulfahnur mengemukakan bahwa,

Unsur yang membangun struktur fiksi ini ialah unsur intrinsik (yaitu permasalahan kehidupan, falsafah, cita-cita, ide-ide dan gagasan serta latar budaya yang menumpang kisahan cerita) dan unsur intrinsik ini terdiri atas tema, amanat, alur perwatakan, sudut pandang, latar dan gaya bahasa. (Depdikbud, 1997 : 25).

Dalam penelitian ini unsur-unsur yang diteliti keterhubungannya, yaitu tema, rasa, nada dan amanat.

(1) Tema

Tema sebagai ide pokok cerita merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah cerita. Berdasarkan pendapat di atas akhirnya dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa tema adalah persoalan inti atau ide sebuah cerita yang mendasari sebuah cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karangannya.

Lebih jelasnya uraian tentang tema, salah seorang ahli mengemukakan, “Tema adalah persoalan yang mendapat tempat dan warna tersendiri di hati pengarang” (Rusyana, 1978 : 65). Tema sebagai ide atau gagasan cerita merupakan masalah penting dalam suatu cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Wilson bahwa, “Tema adalah inti yang akan disampaikan pengarang atau dasar cerita yang menjiwai seluruh cerita” (1989 : 14).

(2) Rasa

Yang dimaksud dengan rasa atau feeling adalah the poets attitude to ward his subject, yaitu sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai dua orang atau lebih menghadapi keadaan yang sama tetapi justru dengan sikap yang berbeda. Dua orang penyair atau lebih, dapat menyairkan objek yang sama dengan sikap yang berbeda.

(3) Nada

Nada adalah sikap sang penyair terhadap permbacanya. Atau dengan perkataan lain, sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya.

Nada yang dikemukakan oleh seorang penyair dalam suatu sanjak, akan ada sangkut pautnya atau hubungannya yang erat dengan tema dan rasa yang terkandung dalam sanjak tersebut. Tentu sajalah sumbang bila pada suatu sajak yang bertema kegagalan terhadap rasa keangkuhan serta nada yang menggembirakan misalnya.

(4) Amanat

Orang hidup ada tujuan. Orang bekerja ada maksud. Tujuanlah yang mendorong orang melakukan sesuatu. Hanya terkadang tujuan tersebut tidak disadari, namun dia tetap ada: Secara eksplisit atau secara implisit.

Demikian pula halnya dengan para penyair. Sadar atau tidak sadar, dia mempunyai tujuan dengan sajak-sajak ciptaannya. Apakan tujuan ini pertama sekali untuk memenuhi kebutuhan pribadi sendfiri atau yang lainnya, bergantung kepada pandangan hidup sang penyair.

3) Naskah Puisi

Puisi Sore Tugu Pancoran karya Iwan Fals, dalam buku Belajar Berbahasa Indonesia untuk SMP kelas IX halaman 69, naskah lengkapnya adalah sebagai berikut.

SORE TUGU PANCORAN

Oleh Iwan Fals

Si Budi kecil kuyup menggigil

menahan dingin tanpa jas hujan

di simpang jalan Tugu Pancoran

tunggu pembeli jajakan koran

menjelang magrib hujan tak reda

si Budi murung menghitung laba

surat kabar sore dijual malam

selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu

demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu

anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu

dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal

Cepat langkah waktu pagi menunggu

si budi sibuk siapkan buku

tugas dari sekolah selesai setengah

sanggupkah si Budi diam di dua sisi

(1) Tema Puisi Sore Tugu Pancoran

Unsur-unsur intrinsik yang dianalisis dalam kesempatan ini adalah unsur tema, alur, dan tokoh. Berdasarkan hasil penelitian, maka data yang diperoleh untuk pendukung unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.

Jelas bahwa dengan puisinya sang penyair ingin mengemukakan sesuatu bagi para penikmatnya. Sang penyair melihat atau mengalami beberapa kejadian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dia ingin mengemukakan, mempersoalkan, mempermasalahkan hal-hal itu dengan cara sendiri. Atau dengan perkataan lain, sang penyair ingin mengemukakan pengalaman-pengalamannya kepada para penikmat.

Tema yang disajikan dalam puisi Sore Tugu Pancoran adalah perjuangan hidup, pendapat tersebut sesuai dengan data pendukung, adalah sebagai berikut.

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu

demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu

anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu

dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal

Dari kutipan di atas jelas bahwa betapa berat perjuangan hidup seorang anak dalam Tugu Pancoran, hanya dengan Ia tak pernah membedakan untuk siapa puisi itu, yang ada dalam hanya satu surat harus sampai kepada si alamat. Tema tersebut pada saat ini tidaklah jauh berbeda dalam bentuk pengabdiannya, walaupun sarana pada saat ini menggunakan sepeda motor.

(2) Rasa Puisi Sore Tugu Pancoran

Wan Pals membuat puisi dengan judul Sore Tugu Pancoran, ia berpendapat bahwa semua orang mengenal Sore Tugu Pancoran.

Sore Tugu Pancoran menghadirkan sebuah alat/ instrumen yang berkaitan dengan nilai rasa.

Dari uraian di atas pengarang sangat respek dan menaruh simpatik kepada perjuangan dan kegigihan sang tokoh dalam Sore Tugu Pancoran. Hal tersebut juga dirasa tidak hanya oleh penyair tetapi sangat dirasakan oleh pembaca. Apalagi penyair pandai untuk menarik simpati pembaca dengan sajian kata/diksi yang menyentuh para penikmat puisi.

(3) Nada Puisi Sore Tugu Pancoran

Nada yang terdapat dalam puisi Sore Tugu Pancoran tak lepas dari tema dan rasa yang telah dibahas terdahulu. Nada merupakan sikap sang penyair tehadap pembacanya. Penyair puisi Sore Tugu Pancoran mengingatkan kembali kepada para penikmat puisi agar jangan sampai melupakan orang-orang kecil (miskin) seperti pada Sore Tugu Pancoran.

Sentuhan penyair cukup bijaksana untuk masa seusia mereka. Diharapkan rekan mereka tidak melupakan Sore Tugu Pancoran, karena sudah jarang anak-anak masa sekarang yang bergelut dengan kemelaratan.

Maka dapat disimpulkan nada pada puisi Sore Tugu Pancoran sejalan dan selaras dengan tema dan rasa yang telah dibahas sebelumnya, sehingga tidak terdapat kerancuan satu sama lainnya.

(4) Amanat Puisi Sore Tugu Pancoran

Iwan Fals mengungkapkan secara jelas dan tegas. Dia mengatakan bahwa pertama sekali untuk memuaskan diri sendiri, sesudah itu baru pada yang lain-lainnya.

Tujuan atau amanat yang terdapat dalam puisi dapat berupa, didaktis, religius, filosofis, dan sebagainya. Kalau kita analisis puisi Sore Tugu Pancoran tujuan yang terkandung berupa tujuan didaktis.

Hal itu terdapat dalam kata-kata yang dimulculkan serta amanat yang tekandung di dalamnya. Sebagaimana bahasan terdahulu, tujuanpun sama halnya dengan yang lalu yaitu tidak terlepas dari tema, rasa, dan nada.

b. Hipotesis Tindakan

Ø Apabila dalam pembelajaran apresiasi puisi guru mengajak siswa untuk turut serta memposisikan diri sebagai pengarang disertai pemahaman-pemahaman akan hakekat puisi yang terdiri dari tema, rasa, nada dan amanat dimungkinkan siswa akan mudah memahami cara-cara mengapresiasi puisi.

7. Alternatif Solusi / Hipotesis

Pembelajaran akan optimal apabila guru terlebih dahulu membuat perencanaan dengan menyusun berbagai strategi dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan serta kebutuhan peserta didik. Berkenaan dengan hal tersebut dan berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah seperti berikut: Jika dalam pembelajaran apresiasi puisi di kelas IX SMP Negeri Satu Atap 1 Cimerak Kecamatan Cimerak menggunakan metode inquiry maka dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi hasil belajar siswa.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah dikemukakan pada rumusan masalah. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan didasarkan atas tahapan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Suyanto, dkk, 1997:16), yang terdiri atas perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (refleksion).

8. Metodologi Penelitian

a. Metode

Peneltian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah dikemukakan pada rumusan masalah. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan didasarkan atas tahapan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Suyanto,1997:16), yang terdiri atas perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (refleksion).

Secara lebih rinci, rencana tindakan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Siklus I

Pemahaman konsep apresiasi puisi.

1) Tindakan 1

Penanaman konsep perencanaan pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode inquiri.

2) Tindakan 2

Penanaman konsep pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode inquiri.

3) Tindakan 3

Penanaman konsep penilaian keterampilan apresiasi puisi dengan menggunakan metode inquiri.

b. Siklus II

Pemahaman konsep keterampilan apresiasi puisi dengan menggunakan metode inquiri.

1) Tindakan 1

Ujicoba konsep Rencana Pembelajaran (RP) dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) perencanaan pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode inquiri.

2) Tindakan 2

Ujicoba pelaksanaan konsep Rencana Pembelajaran (RP) dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan metode inquiri.

3) Tindakan 3

Perbaikan skenario pembelajaran keterampilan apresiasi puisi dengan menggunakan metode inquiri.

c. Siklus III

Perubahan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi.

1) Tindakan 1

Kemampuan siswa sebelum mengikuti pembelajaran apresiasi puisi melalui penggunaan metode inquiri dianalisis hasilnya berdasarkan hasil prates.

2) Tindakan 2

Kemampuan siswa selama mengikuti pembelajaran apresiasi puisi melalui penggunaan metode inquiri dianalisis hasilnya berdasarkan proses.

3) Tindakan 3

Kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi melalui penggunaan metode inquiri dianalisis hasilnya berdasarkan hasil pascates.

b. Subjek

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Bertolak dari pendapat ini, dapat ditentukan populasi yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru dan siswa SMP Negeri Satu Atap 1 Cimerak Tahun Pelajaran 2007/2008, dengan perincian sebagaimana tertuang pada tabel berikut ini.

Guru Bahasa Indonesia

Siswa

Kelas VII

Kelas VIII

Kelas IX

Jumlah

1

37

22

23

82

1

37

22

23

82

Sumber data dalam penelitian adalah guru dan siswa Kelas IX SMP Negeri Satu Atap 1 Cimerak. Sehubungan dengan sumber data, Arikunto (2002:117) menjelaskan bahwa,

Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber datanya disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu.

Untuk mengidentifikasi sumber data penelitian, Arikunto (2002:107) mengklasifikasikan menjadi 3 bagian huruf depan P, yaitu:

P = person, sumber data berupa orang

P = place, sumber data berupa tempat

P = paper, sumber data berupa paper

Sumber data dalam hubungan seluruh atau sebagian sumber maka yang dijadikan sebagai subjek penelitian maka dikenal adanya istilah populasi dan sampel. Kedua istilah tersebut merupakan bagian sumber data penelitian ini yang akan dijelaskan secara terpisah.

c. Tempat dan Waktu

Tempat : SMP Negeri Satu Atap 1 Cimerak

Waktu : Bulan Januari 2008

d. Jadwal Penelitian

No

Jenis Kegiatan

Minggu ke...... / Hari

III (TIGA)

S

S

R

K

J

S

I

Persiapan








1. Rapat

X







2. Penyusunan Proposal

X







3. Penyusunan Instrumen


X






4. Review Proposal dan Instrumen


X





II

Pelaksanaan








1. Penjadwalan


X






2. Pelaksanaan Kegiatan PTK



X





3. Pengumpulan Data



X





4. Melakukan Refleksi




X




5. Melaksanakan Tindakan Ulang




X



III

Menyusun Laporan








1. Analisis data





X



2. Penyusunan Buram (Draft)





X



3. Rapat Review Laporan





X



4. Seminar/Diskusi





X



5. Pengetikan






X


6. Penggandaan






X


7. Pendistribusian Laporan






X

e. Definisi Operasional

1) Pengertian dan Hakekat Puisi

Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi ’hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan“ ( Ensiklopedia Indonesia N-Z; tanpa tahun : 1147).

Hakekat puisi diantaranya tema, rasa nada, dan amanat. Keempat unsur inilah yang banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan atau membicarakan puisi pada umumnya.

Zulfahnur mengemukakan bahwa,

Unsur yang membangun struktur fiksi ini ialah unsur intrinsik (yaitu permasalahan kehidupan, falsafah, cita-cita, ide-ide dan gagasan serta latar budaya yang menumpang kisahan cerita) dan unsur intrinsik ini terdiri atas tema, amanat, alur perwatakan, sudut pandang, latar dan gaya bahasa. (Depdikbud, 1997 : 25).

2) Metode Inquiry

Inquiri ialah suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas, inquiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya yaitu merumuskan masalah, merencanakan masalah, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

  1. Pembelajaran

Pembelajaran dengan metode inquiry yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan sebuah upaya guru membelajarkan anak dalam pembelajaran apresiasi puisi di Kelas IX SMP Negeri Satu Atap 1 Cimerak. Pelaksanaan pembelajaran berbicara yang disajikan dengan menggunakan metode inquiry, secara prosedural mengacu pada langkah-langkah metode inquiry, yaitu sebagai berikut.

1) Mengondisikan siswa agar memiliki kesiapan belajar.

2) Memberikan motivasi.

3) Mengadakan prates.

4) Menjelaskan kompetensi dasar.

5) Menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan .

6) Mengarahkan siswa untuk mampu menemukan cara-cara berbicara yang baik dan benar serta komunikatif.

7) Memberikan simpulan.

8) Mengadakan pascates.

9) Mengadakan langkah tindak.

10) Menutup kegiatan (Tarigan, 2001:45)

f. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian pembelajaran ini, meliputi tiga kegiatan. Ketiga kegiatan yang dimaksud sebagaimana tertulis berikut.

1) Kegiatan awal (pra penelitian pembelajaran), meliputi:

(1) menyusun dan memvalidasi instrumen penelitian;

(2) membimbing guru dalam hal menyusun perencanaan dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran;

(3) menentukan waktu pelaksanaan observasi atas izin Kepala Sekolah SMP Negeri Satu Atap 1 Cimerak dan juga kesiapan Guru untuk melaksanakan pembelajaran.

2) Tahap pelaksanaan, meliputi:

(1) melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran;

(2) mengumpulkan data hasil observasi;

(3) mengolah data hasil observasi;

(4) membuat simpulan terhadap hasil pengolahan data untuk menjawab pokok permasalahan penelitian.

3) Tahap pelaporan, meliputi:

(1) menyusun laporan hasil penelitian;

(2) melaporkan hasil penelitian.

g. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan penggunaan suatu metode apa pun termasuk pula metode inquiry, tidak akan lepas dari bantuan teknik-teknik penelitian yang mendukung proses pemecahan masalah. Oleh karena itu pantas jika Iqbal (2002:49) memberikan ketegasan sebagai berikut.

Cukup bijak jika seorang peneliti dapat berpikir bahwa pemilihan dan penggunaan metode harus disertai pula dengan pemilihan dan penggunaan teknik yang padu. Artinya, pemilihan dan penggunaan teknik penelitian sama pentingnya dengan pemilihan dan penggunaan metode. Tidak ada cara bagi seorang peneliti, untuk itu kecuali berpikir bijak.

Berdasarkan pendapat di atas, untuk kepentingan penelitian ini digunakanlah beberapa teknik. Beberapa teknik yang dimaksud, meliputi: (1) teknik studi pustaka; (2) teknik observasi; (3) teknik pembelajaran; (4) teknik tes; (5) teknik analisis. Maksud dipilih serta digunakannya teknik-teknik tersebut adalah untuk kepentingan hal-hal sebagaimana tertulis berikut.

1) Teknik Studi Pustaka

Melalui teknik studi pustaka akan diperoleh berbagai informasi yang berhubungan erat dengan masalah yang diteliti. Sehingga, melalui informasi tersebut kejelasan masalah yang diteliti semakin tampak jelas dan ilmiah. Beberapa instrumen yang dibutuhkan untuk itu di antaranya buku, jurnal, majalah, dan lainnya.

2) Teknik Observesi

Melalui teknik observasi dapat diketahui data sebagai bukti untuk menjawab pokok permasalahan. Data tersebut diperoleh melalui pengamatan langsung di sekolah. Instrumen yang digunakan untuk pemerolehan data tersebut adalah lembar observasi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran..

3) Teknik Pembelajaran

Teknik pembelajaran dipilih serta digunakan untuk menunjang keberhasilan metode pembelajaran.

4) Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa baik di awal pembelajaran dalam bentuk prates maupun setelah pembelajaran dalam bentuk pascates. Instrumen yang digunakan adalah lembar soal tes.

5) Teknik Analisis

Teknik analisis dipilih serta digunakan untuk menganalisis ketiga data hasil dari penelitian pembelajaran. Data tersebut dianalisis terlebih dahulu, kemudian dideskripsikan secara holistik, sehingga fenomena-fenomena yang dicermati dapat memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya. Instrumen dari teknik ini adalah berupa kualitatif, sehingga tidak tampak angka-angka (kuantitatif).

h. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data, dianalisis dengan cara-cara sebagai berikut.

1. Data berupa bentuk perencanaan pembelajaran dianalisis dengan cara mendeskripsikan sesuai atau tidak sesuainya dengan kriteria perencanaan. Melalui cara ini akan diperoleh jawaban bagi pokok permasalahan kesatu penelitian ini, yaitu bagaimanakah bentuk perencanaan pembelajaran apresisi puisi siswa melalui penggunaan metode inquiry di Kelas IX SMP Negeri Satu Atap 1 Cimerak.

2. Data berupa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dianalisis dengan cara mendeskripsikan kesesuaian setiap langkah pembelajaran apresiasi puisi siswa melalui penggunaan metode inquiry di Kelas IX SMP Negeri Satu Atap 1 Cimerak. Melalui cara ini akan diperoleh jawaban bagi pokok permasalahan kedua penelitian ini, yaitu bagaimanakah langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pembelajaran apresiasi puisi siswa melalui penggunaan metode inquiry di Kelas IX SMP Negeri Satu Atap 1 Cimerak.

3. Data berupa hasil evaluasi pembelajaran baik prates maupun pascates, dideskripsikan dengan cara mendeskripsikan hasil kedua tes tersebut berdasarkan hasil berbicara siswa secara apa adanya. Melalui cara ini akan diperoleh jawaban bagi pokok permasalahan ketiga penelitian ini, yaitu bagaimanakah perubahan kemampuan siswa Kelas IX SMP Negeri Satu Atap 1 Cimerak setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi melalui metode inquiry.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Megajar. Bandung: Sinar Baru.

Aminudin, Drs. 1995. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Bambang Trimansyah, Saya Ingin Mahir berbahasa Indonesia, Grafindo, Bandung. 2004.

Dirjen Dikdasmen, 2006. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Sekolah Dasar, Depdiknas

Dendy Sugono, 1995. Lancar Berbahasa Indonesia 4. Jakarta. Depdiknas.

Engkoswara, 1996. Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah Untuk Angka Kredit Guru. Bandung: CV Karang Sewu.

Frans Asisi Datang, 2004. Belajar Berbahasa Indonesia. Erlangga.

Henry Guntur Tarigan, 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung. Angkasa.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.

Sunarko Kartadinata, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung. 2006. UPI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar